Merupakan hal yang wajar bila anak mengalami perubahan suasana hati yang naik turun seperti orang dewasa. Bahkan bagi sebagian anak, perubahan suasana hati ini bisa berkembang menjadi depresi apabila anak terus-menerus merasa sedih.
Depresi pada anak biasanya terjadi pada usia 3-17 tahun. Penyebab depresi pada anak sangat beragam, termasuk masalah keluarga, kondisi kesehatan, lingkungan tempat tinggal, lingkungan sekolah, kejadian yang membuat trauma atau penyalahgunaan alkohol dan obat terlarang.
Kejadian yang membuat trauma seperti bullying di sekolah belakangan ini juga menyebabkan berkembangnya depresi, terutama bila orang tua tidak tahu apa yang harus diperbuat untuk menghadapi depresi yang dialami anak.
Bullying bisa bersifat fisik seperti mencubit, memukul, memalak, menampar atau psikologik, seperti mengintimidasi, mengabaikan, diskriminasi dan juga verbal, seperti memaki, mengejek atau memfitnah. Tekanan dan pengalaman traumatis ini dapat mengganggu mental anak.
Tanda-Tanda bila Anak Mengalami Depresi
Karena waktu yang dihabiskan anak di sekolah cukup panjang, orang tua harus proaktif mengenali perubahan pada anak. Anak-anak yang mengalami depresi seringkali menunjukkan gejala tertentu, di antaranya:
- Penurunan nafsu makan atau menolak makan
- Kesulitan tidur
- Merasa selalu sedih dan tidak memiliki harapan
- Terlihat lelah dan tidak berenergi
- Mengalami perubahan suasana hati dan mudah tersinggung
- Menghabiskan waktu dengan tidak melakukan apa-apa
- Kehilangan ketertarikan pada aktivitas yang sebelumnya disukai
- Kesulitan berkonsentrasi
- Sering mengeluh sakit kepala atau sakit perut dan obat tidak membantu mengatasi keluhannya
- Pada kondisi yang parah, anak bahkan berpikir untuk mengakhiri hidup dan berusaha bunuh diri
Apa yang Sebaiknya Dilakukan Bila Anak Depresi?
Sebagian orang tua mungkin menganggap bahwa tanda-tanda depresi pada anak sebagai hal normal yang akan membaik dengan sendirinya. Padahal, depresi adalah sesuatu yang menjadi alarm penting bahwa anak sedang membutuhkan perhatian lebih dari orang tua. Bahkan dalam kondisi tertentu, anak-anak membutuhkan campur tangan dokter untuk memberikan pengobatan serta perawatan.
Oleh karena itu, bila Anda melihat ada beberapa tanda depresi yang sedang berkembang, inilah yang sebaiknya dilakukan:
- Jangan dimarahi, ajak anak berbicara dari hati ke hati
Ajak anak membicarakan kesedihan dan rasa depresi yang sedang dirasakan. Bukan memarahinya, namun berikan anak waktu untuk menceritakan semua masalah yang menyebabkan kesedihannya. Mendengarkan dan menawarkan dukungan adalah yang paling dibutuhkan anak saat ini.
- Orang tua harus bersabar
Menghadapi anak yang mengalami depresi, terutama di di usia remaja bisa sangat melelahkan. Perubahan suasana hati yang begitu cepat ada kalanya juga memancing kesabaran dan emosi.
Anda tidak akan bisa mengajaknya berbicara apabila Anda memperlihatkan amarah terlebih dahulu. Berusahalah untuk tenang dan bersabar dengan sikapnya sampai ia mau membuka diri dan menceritakan segala sesuatu yang dialaminya.
- Habiskan lebih banyak waktu bersama
Kesibukan sering menjadi alasan bagi orang tua, sehingga orang tua tidak memiliki banyak waktu untuk melakukan kegiatan bersama anak. Atur waktu sedemikian rupa dan berikan waktu yang berkualitas dengan memusatkan perhatian Anda hanya kepada anak.
Mungkin Anda bisa mengajaknya untuk melakukan kegiatan di luar ruangan, yang akan memicu energi positif dan mengembalikan senyum cerahnya. Dan di saat anak merasa nyaman, Anda bisa memancingnya untuk bercerita.
- Saatnya mengunjungi dokter
Selain mendengarkan permasalahannya, Anda mungkin juga harus membawanya mengunjungi dokter, terutama bila tanda depresi sudah memengaruhi tidur, nafsu makan atau energinya.
Dokter mungkin akan memberikan pengobatan tertentu terkait dengan gangguan tidur atau gangguan makan yang dialami anak. Selain itu, dokter juga mungkin merekomendasikan Anda untuk membawa mengunjungi psikiater anak agar anak mendapatkan terapi yang dapat membantunya melewati masa sulit.
Peran orang tua dalam membantu anak mengatasi depresi sangatlah besar. Anda tidak bisa menyerahkan masa sulit ini hanya kepada anak. Berapapun usia anak, Anda tetap harus mendampingi dan memberikannya dukungan.
Mau tahu informasi seputar kehamilan, menyusui, kesehatan wanita dan anak-anak? Cek di sini, ya!
- dr Nadia Opmalina